Gamelan Gambang Dalam Upacara Dewa Yadnya

Gamelan Gambang Dalam Upacara Dewa Yadnya

Kiriman I Gede Yudartha, SSKar., MSi

Dosen Program Study Seni Karawitan

Gamelan Gambang

Gamelan Gambang

Dewa Yadnya berarti persembahan suci kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa dengan berbagai manifestasinya. Pelaksanaan upacara Dewa Yadnya biasanya dilakukan di tempat-tempat pemujaan seperti sanggah¸tempat pemujaan keluarga dan pura yang merupakan tempat persembahyangan bagi masyarakat umum atau klen dari keluarga tertentu. Dalam ritual upacara yang dilakukan di pura-pura atau tempat sanggah, dalam suatu tingkatan tertentu biasanya diiringi dengan seperangkat atau lebih gamelan Bali. Adapun gamelan yang biasanya dipergunakan adalah gamelan Gong Gede, Gong Kebyar, Smar Pagulingan, dan berberapa jenis gamelan lainnya termasuk salah satu diantaranya adalah gamelan Gambang.

Dalam pelaksanaan ritual upacara salah satu kesenian yang menonjol penggunaannya adalah seni karawitan. Bunyi gamelan yang digunakan untuk mengiringi ritual keagamaan adalah untuk membimbing pikiran agar terkosentrasi pada kesucian, sehingga pada saat persembahyangan pikiran dapat diarahkan atau dipusatkan kepada Tuhan. Pandangan ini relevan dengan realita kesakralan, karena bunyi gamelan secara psikologis dipandang mampu menciptakan suasana relegius secara sakral. Selain dari pada itu, keterpaduan antara tabuh yang dimainkan dengan pelaksanaan upacara dapat menciptakan suatu keharmonisan atau keseimbangan dalam hidup. Terciptanya keseimbangan ini, dapat dilihat bagaimana penganut agama Hindu menggunakan nilai-nilai estetika untuk menciptakan suatu keharmonisan dan keseimbangan hidup guna mencapai sesuatu yang bersifat religius.

Dipergunakannya gamelan sebagai sarana pengiring upacara karena esensinya adalah untuk membimbing pikiran umat ketika sedang mengikuti prosesi agar terkonsentrasi pada kesucian sehingga pada saat persembahyangan pikiran terfokus kepada keberadaan Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi). Jadi jelas bahwa dalam konteks tersebut gamelan memiliki nilai religius dimana keberadaan gamelan sebagai pengiring upacara keagamaan di suatu wilayah suci hal tersebut dapat menambah religiusitas sebuah prosesi keagamaan. Nilai religius yang dimaksud adalah bahwa gamelan khususnya repertoar-repertoar yang dimainkan memiliki nilai yang sangat penting dalam pelaksanaan aktivitas keagamaan. Hampir tidak ada satupun pelaksanaan upacara keagamaan yang dilakukan tanpa diiringi oleh bunyi-bunyi gamelan.

Lebih lanjut sebagaimana dikatakan Donder (2004:122), hakikat bunyi gamelan pada prosesi ritual Dewa Yadnya antara lain sebagai:

  1. Sebagai persembahan untuk menyenangkan hati para Dewa/Ista Dewata (roh suci)

  2. Sebagai sarana magis untuk mengundang kekuatan spiritual.

  3. Sebagai sarana untuk menetralisir pengaruh negatif.

  4. Untuk mengurangi ketegangan atau emosi

Gamelan Gambang

Gamelan Gambang sedang di tabuh

Dimanfaatkannya Gamelan Gambang sebagai musik pengiring upacara Dewa Yadnya secara umum dapat dimaknai bahwa, gamelan Gambang memiliki makna religius.Terkait dengan fungsi gamelan Gambang dalam konteks upacara Dewa Yadnya, di wilayah Kota Denpasar, pada kenyataannya berbeda dengan pandangan-pandangan serta pemahaman masyarakat selama ini. Sebagaimana diuraikan dalam penelitian-penelitian sebelumnya, di Bali bagian tengah Gambang dipergunakan sebagai musik pengabenan yang dimainkan selama tiga hari berturut-turut (Dibia, 1978/1979). Pernyataan ini sangat berbeda dengan kenyataan yang terjadi di lapangan dimana gamelan Gambang di wilayah Kota Denpasar yang merupakan daerah yang terdapat pada wilayah Bali bagian tengah, Gambang juga dipergunakan sebagai musik pengiring upacara Dewa Yadnya. Sesuai dengan informasi dari I Nyoman Sukra, selaku klian Gambang Pura Kelaci, Banjar Sebudi Desa Sumerta Klod, sebagai salah satu aset atau duwe (milik) Pura Kelaci, gamelan Gambang yang tersimpan di pura biasanya dipergunakan untuk mengiringi piodalan atau upacara keagamaan yang dilangsungkan bertepatan dengan Hari Raya Saraswati yaitu Saniscara Umanis Watugunung. Bahkan gamelan ini dimainkan berturut-turut selama tiga hari selama Ida Betara di Pura tersebut Nyejer.

Demikian pula halnya gamelan Gambang yang terdapat di Pura Dalem Bengkel, Banjar Binoh. Menurut penuturan I Wayan Sinthi dan I Nyoman Jesna Winada (wawancara tanggal 12 Desember 2009) selaku sesepuh di pura tersebut, keberadaan gamelan Gambang di pura tersebut lebih banyak difungsikan sebagai sarana pengiring upacara yadnya yang dilangsungkan di pura tersebut. Bahkan keberadaannya sangat disakralkan sehingga tidak pernah dipergunakan untuk mengiringi upacara pitra yadnya (ngaben) karena pelaksanaan upacara tersebut dianggap sebel dan dapat mengurangi kesucian dari gamelan tersebut.

Sama halnya dengan keberadaan gamelan Gambang di Pura Dalem Bengkel, di Banjar Bekul Penatih. Gamelan Gambang yang dimiliki oleh masyarakat setempat juga sempat difungsikan sebagai sarana pengiring upacara Dewa Yadnya yang dilaksanakan di sekitar wilayah Desa Penatih dan Desa Kesiman. Sebagaimana penuturan I Nyoman Warka (wawancara tanggal 18 Desember 2009) selaku klian Gambang Banjar Bekul, pada masa yang lampau pada saat piodalan di pura Dalem Kesiman dan di Pura Pengrebongan yang merupakan sebuah pura yang disungsung oleh masyarakat Desa Kesiman, atas permintaan raja yang berkuasa di Puri Kesiman, sekaa Gambang Banjar Bekul diminta untuk berpartisipasi dengan sukarela (ngayah). Namun seiring dengan perjalanan waktu dan situasi kondisi yang ada, sekaa Gambang tersebut tidak pernah lagi berpartisipasi secara aktif pada event tersebut. Saat ini sekaa Gambang di Banjar Bekul hanya berpartisipasi pada saat dilaksanakannya upacara pitra yadnya dalam tingkatan utama (ngewangun) baik di Gria Bajing Kesiman maupun di Puri Kesiman hal ini dikarenakan Gamelan Gambang yang mereka miliki merupakan pica (pemberian), dimana sebagai imbalan atas pemberian tersebut, sekaa gambang memiliki kewajiban untuk berpartisipasi secara aktif.

Delegasi ISI Denpasar sedot perhatian Thailand

Delegasi ISI Denpasar sedot perhatian Thailand

Delegasi ISI Seminar, Worshop dan pentas sedot perhatian pada Culture Festival di Songkhla Rajabath University dan Konjen RI Thailand dalam Hut 64 RI

Laporan I Komang Arba Wirawan

Songkhla Thailand (ISI Denpasar)

Usai Pentas di Konjen RI Thailand

Usai Pentas di Konjen RI Thailand

Delegasi kesenian yang berjumlah 25 orang dari Institut Seni Indonesia Denpasar, di bawah pimpinan I Wayan Sueca.,S.Skar.,M.Mus, sebelum tampil yang pertama diterima di kampus Songkhla Rajabath University yang luas dan bersih, tidak terdapat coretan dengan pakaian hitam putih mahasiswanya. Yang menyambut delegasi ISI diantaranya, pejabat tinggi Wakil Rektor Bidang Penelitian, Saensak Siriphanich Ph.D, Direktur bidang kebudayaan Ass. Prof. Dr. Kanut Thattong, Asst Prof Dr. Painote Duang Viset, President of Songkhla University, Rojana Sri Sai Songkhla Rajabath University, Head Of Cultural Center, Sarita Srisunan, Ass Prof Worasit Muttameta Fac. Of fine Arts, Songkhla Rajabath University. Setelah dilaksanakan penyambutan pada malam harinya, tim kesenian tampil dengan materi, Tari Selat Segara, Tari Legong Keraton, Tari Topeng Keras, diiringi penabuh dari FSP diantaranya Rektor ISI, dan Tari Cak Kontemporer mengambil lakon Ramayana, gabungan FSP dan FSRD yang tampil kompak dan memukau dihadapan ribuan pengunjung culture festival yang diadakan Songkhla Rajabath University.

Penampilan hari kedua di tempat yang sama delegasi kesenian ISI tampil dengan materi yang berbeda yaitu Tari Legong Keraton, Oleg Tambulilingan, Tari Topeng Tua, dan Tari Cak Kontemporer, sama dengan hari pertama ribuan penonton berjejal menyaksikan penampilan wakil dari ISI Denpasar, Bali Indonesia.

“Melihat apresiasi masyarakat Thailand terhadap kesenian Bali saya cukup puas” kata Sueca seusai menarikan topeng Tua dan Keras. Ini membuktikan ISI telah go Internasional” Imbuhnya. Menyaksikan tim kesenian ISI Rektor Prof I Wayan Rai,S.MA, berharap untuk tampil secara maksimal lagi untuk pertunjukan di acara Ulang Tahun Kemerdekaan RI Ke 64 di sebuah hotel berbintang, dikawasan Pariwisata Thailand. ”Saya bangga dengan penampilan di Songkhla Rajabath University, dengan sambutan yang antusias, dan berharap tampil yang maksimal di Hut 64 Konjen RI ” Harap Rai. Karena Prof Dr. I Wayan Rai, S.MA. tidak dapat turut hadir pada perayaan Hut RI karena menghadiri konferensi SFAPA, di Chiangmay Bangkok.

Sebelum tampil dalam perayaan Hut RI ke 64  delegasi kesenian ISI Denpasar diundang Konsul RI di Songkhla Bapak M.Rizky Safary, dalam pembicaraan Rektor ISI dengan Konjen RI terjadi dialog yang sangat erat seperti di rumah sendiri. Ada beberapa catatan pembicaraan seperti Bali ternyata merupakan inspirasi Thailand dalam pengembangan pariwisatanya, Konjen mengusulkan untuk mepatenkan produk-produk budaya Bali, untuk didaftarkan copy rightnya seperti batik, ornamen, bahkan nama Bali seharusnya dipatenkan karena ikon Bali banyak dipergunakan di Thailand ini”harap M.Rizky Safary.

Kerjasama ini akan ditindaklanjuti dengan MOU antara ISI dan Konjen Sonkhla, untuk dapat berperan dalam memperkenalkan budaya Bali di Asia Tenggara, dan Konjen akan tetap mengupayakan mempasilitasi ISI Denpasar dalam bidang kerjasama budaya karena minat warga Thailand untuk melanjutkan kuliahnya, penelitian bersama, pemuatan bersama dalam jurnal Mudra dan pertukaran dosen maupun mahasiswa semakin meningkat. ISI sendiri terus akan bekerjakeras untuk, mempromosikan Indonesia di Asia Tenggara khusunya untuk menarik minat wisatawan dan kerjasama antar bangsa-bangsa Asia dalam pendidikan untuk kemajuan bersama,Ungkap Rai.

Disela-sela program pertunjukan dengan jadwal yang padat seminar dan workshop diselenggarakan di gedung rektorat lantai delapan Songkhla Rajabath University, seminar menampilkan pembicara, Prof. Dr. Rai.S.MA dengan materi kerjasama ISI Denpasar dan go Internasional, pembicara kedua dari Fakultas Seni Pertunjukan sebagai pembicara pertama I.Gusti Ayu Srinatih,SST.M.Si, The Relationship Between Dance and Music in Balenese Performing Arts, pembicara kedua Ni Made Ashinawati,SST.M.Si, makalah: ”Learning Balinese Dance”.,pembicara ketiga Ni Ketut Dewi Yulianti SS.M.Hum judul makalah: ”The Significance of English in enhanching dance teaching quality, dan dari Fakultas Seni Rupa dan Desain Dra. Ni Made Rinu,M.Si dengan makalah Art Painting of Balinese Classic, Artistic Images and Excellence Painting of Balinese in present day.

Seminar ini diikuti oleh workshop tari, tari kecak, wayang, dan lukis klasik wayang kamasan yang menyedot peserta dari mahasiswa dan dosen Sonkhla Rajabath University termasuk para pejabat-pajabat tingginya turut serta dalam worshop ini. Ini pengalaman yang menarik bagi kami dapat belajar menari Bali dan lukis wayang tradisional”ungkap Saensak Siriphanich Ph.D, wakil rektor bidang penelitian.

Penerimaan baik dari Konjen RI di Songkhla, Songkhla Rajabath University dan Suratani University sangat baik di kedua delegasi disambut seperti tamu kenegaraan dengan pertunjukan tarian-tarian tradisional Thailand yang mempesona, pertunjukan wayang Thailand, serta kemasan pameran yang dikombinasikan dengan seni pertunjukan, tatarias penari dan penampilan okesrta yang membuat kagum delegasi, Ini perlu di contoh bagaimana kolaborasi pameran dan pementasan, menjadi suatu yang tak terpisahkan”ungkap Rai dengan rasa gembira kepada seluruh delegasi. Selanjutnya delegasi diarak dalam pawai dengan lampu seterongking (lampu dengan minyak tanah), menuju taman dengan suguhan musik tradisional, tari dan makanan tradisional dan durian Thailand yang manis dan legit. Ketua delegasi turut mencoba memainkan musik tradisional Thailand beberapa saat, Pengalaman pertma saya memainkan musik tradisional Thailand”ungkap Sueca sambil menabuh musik.

Penyambutan ini langsung oleh President Songkhla Rajabaht University, sesuatu dapt dipelajari di Thailand untuk mahasiswa yang turut serta dalam delegasi adalah suasana kampus, tidak ada coretan dimana-mana, etika kepada dosen, para pejabat kampusnya sangat tinggi, apalagi kepada presiden atau rektornya sangat dihormati oleh mahasiswa, dan seluruh civitas akademika”ini pelajaran paling berharga untuk kita semua’ kata Diah Yeti yang menarikan sita dalam kecak kontemporer delegasi ISI”.”Mudah-mudahan dapat kami tularkan kepada teman-teman mahasiswa di ISI Denpasar, nantinnya.”Karena pengalaman ini juga berkat kerjakeras Bapak Rektor”Imbuhnya.

Hasil perjalanan delegasi ISI Denpasar di Thailand selama seminggu seminar dan workshop yang dibanjiri peserta, pertunjukan yang memukau penonton membuat kegembiraan, delegasi ISI apalagi MOU dengan Suratani University akan ditandatangani antara kedua belah pihak.

Keterangan Foto:

Delegasi Kesenian ISI Denpasar Usai Tampil pada Perayaan 64 Tahun RI, oleh Konjen RI di Songkhla Thailand, foto bersama Konjen, Insert: Rektor ISI Prof Dr. I Wayan Rai,S.MA, dengan Presiden/Rektor Songkhla Rajabath University Thailand Asst. Prof. Dr Pairote Duangwiset.

Kecak Kontemporer ISI Denpasar akan Tampil di Thailand

Kecak Kontemporer ISI Denpasar akan Tampil di Thailand

Denpasar-(By Arba Wirawan)

Suasana Latihan, Foto By Arba

Suasana Latihan, Foto By Arba

Garapan kecak kontemporer karya I Wayan Sueca.SSkar.,M.Mus, selaku pimpinan rombongan delegasi kesenian seminar dan workshop Institut Seni Indonesia Denpasar ke Songkla Rajabath University Thailand (16-23) Agustus 2009 melibatkan mahasiswa, dosen dan pejabat. Pementasan kecak, legong dan topeng direncanakan Senin 17 Agustus di Konjen RI, pementasan kedua di Songkla Rajabath University ketiga pada acara resepsi HUT RI oleh Konjen RI. Selain pementasan Fakultas Seni Pertunjukan, worshop lukis wayang seni klasik kamasan, oleh Fakultas Seni Rupa dan Desain.

Pertunjukan kecak mengambil lakon Ramayana, alkisah raja Rahwana yang sedang berjalan dihutan bersama patihnya Marica, melihat wanita cantik Dewi Sintha, tertariklah Rahwana untuk memilikinya. Dengan tipu daya menyuruh Marica berubah menjadi kijang kencana untuk menarik Sintha dan mengelabuinya. Oleh adanya kijang kencana Dewi Sintha membujuk suaminya Rama untuk menangkap kijang kencana yang berlari untk dapat dimiliki Sintha. Rama pun mengejar kijang kencana yang berlari ke tengah hutan menjauhi Dewi Sintha. Di hutan kijang kencana berhasil dipanah mati oleh Rama, namun berubah menjadi bentuk aslinya Marica, serta bersuara mirip Rama dengan mengatakan telah mati dibunuh oleh kijang kencana. Suara Rama terdengar di tempat Dewi Sintha dan Laksmana, dan kemudian Dewi Sintha menyuruh Laksmana untuk menyusul kakaknya Rama. Laksmana tidak mau karena kesaktian Rama tidak mungkin kalah oleh Kijang Kencana, Laksmana pun sempat marah dituduh senang melihat kakanya dalam kesulitan, karena akan mendapat dirinya sebagai istrinya nanti. Laksmana pun sempat marah dituduh demikian, namun ia tetap hormat kepada istri kakaknya, dengan berpesan untuk jangan melewati tanda lingkar yang dibuatnya untuk menjaga Dewi Sintha dari bahaya. Cerita Ramayana yang banyak diketahui oleh masyarakat luas dan mancanegara ini lah menjadi alasan Delegasi Institut Seni Indonesia Denpasar mengangkat cerita ini untuk dipentaskan, beserta dengan tarian legong keraton tari selat segara dan topeng keras dan tua. Disamping sebagai kecak, para penari juga sebagai penabuh.

Kisah pentas tari kecak yang akan dibawakan oleh delegasi kesenian dari ISI Denpasar,ke Thailand pada bulan Agustus ini juga mengikuti festival seni atas kerjasama Konsul Jenderal RI dengan Universitas Songkla Rajabath Thailand. Pimpinan delegasi dari ISI Denpasar, I Wayan Sueca,SSkar.,M.Mus., yang juga PR IV ISI Denpasar, ditemui disela-sela latihan kecak di Gedung Candra Metu ISI Denpasar, mengatakan bahwa dengan mengambil kisah Ramayana dalam pentas kecak, khususnya di luar negeri lebih dipahami oleh penonton disana. ”Kisah-Ramayana sudah begitu populer dimanapun, ini menjadi pilihan kami dalam pentas kecak di Thailand nanti” jelas Suweca sehabis menari topeng. Yang menarik pula, dalam pentas tari kecak nanti akan tampil juga para pejabat ISI Denpasar seperti  PR I Drs. I Ketut Murdana.,M.Sn, PR III Drs. I Made Subrata,M.Si, juga PR IV I Wayan Sueca.,SSKar.,M.Mus,(menari topeng), Pj. Dekan Fakultas Seni Pertunjukan, I Ketut Sariada,SST, dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain Dra. Ni Made Rinu M.Si.

Sedang Rektor akan tampil dalam seminarnya,”tambah Sueca. Pentas kecak kali ini pun banyak sisi tambahannya dalam pementasannya nanti, yang bisa dikatakan sebagai kecak kontemporer”. Yakni seperti penataan di stage, yang dibuat sedemikian rupa seperti ada hutan, batu angin api dan sebagainya”tambahnya. Disamping menggelar kecak, juga akan ditampilkan tarian lainnya seperti legong kraton, topeng dan tari selat segara, sela Sueca.

Selanjutnya setelah tampil di University Sonkla Rajabath Thailand, rombongan dari ISI Denpasar melakukan kerjasama dengan Suratani University, Thailand, dan mengikuti HUT RI ke 64 pada tanggal 21 Agustus 2009, ujarnya.

Gelar Karya TA Karawitan Hari ke empat

Pergelaran Karya Tugas Akhir Program Studi Seni Karawitan kali ini, menampilkan 5 karya karawitan baik yang bersifat kreasi ataupun kontemporer, Pergelaran Ujian karya karawitan, merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Tugas Akhir (TA) dengan beban SKS sebanyak 6 SKS bagi mereka yang mengambil minat penciptaan karya seni karawitan. Ujian Tugas Akhir diselenggarakan dalam dua rangkaian yaitu Ujian Karya Seni dan Ujian Karya Tulis yang berupa Skrip Karya seni.  Pada hari Keempat, Kamis, 21 Mei 2009 akan diikuti oleh lima karya seperti berikut.

1. STONE MUSIC

Stone Music, foto by GC

Karya: A.A. Gede Lanang Ambara

Sinopsis :

Stone Music merupakan sebuah garapan komposisi musik kontemporeryang dilatarbelakangi oleh kehidupan manusia purba pada jaman batu. Pengolahan tempo, ritme dan dinamika akan ditata melalui bunyi – bunyian yang dihasilkan oleh batu.

Pendukung Karawitan   : Sanggar Yudistira, Kapal

2. ANAMAN

Anaman, foto by GC

Karya: I Made Mujana

Sinopsis :

Secara etimologi anaman berarti tipat. Tipat merupakan maha karya yang dibuat berdasarkan rasa estetik dan mengandung falsafah yang sangat tinggi. Kulit tipat ini terbuat dari janur yang dijalin sedemikian rupa sehingga menjadi bentuk yang diinginkan. Jika diperhatikan, dalam kulit tipat, terdapat jalinan-jalinan janur yang sangat unik dan pada akhir jalinan atau ujung dari janur tersebut akan bersatu kembali. Jalinan dari kulit tipat, memberikan inspirasi bagi penata untuk ditransformasikan kedalam sebuah bentuk komposisi karawitan kreasi dengan judul Anaman.

Komposisi karawitan ini, memakai Gamelan Gong Kebyar sebagai media dalam menyampaikan apa yang diamati yang diwujudkan kedalam sebuah bentuk karawitan kreasi dengan memanfaatkan dan memperhatikan unsure-unsur musik yang ada. Namun, dalam komposisi karawitan inin masih memakai pola tradisi yang juga ditonjolkan dan dikembangkan melalui pengolahan melodi, pengembangan pola hitungan dan pola ritme sehingga nantinya menjadi sebuah kesatuan atau jalinan yang menyerupai kulit tipat.

Pendukung Karawitan   : Sanggar Seni Lingga Jati, Jalan Kebo Iwa, Denpasar

3. PRAHARA

Prahara, foto by GC

Karya: I Made Dedik Widnyana

Sinopsis :

Prahara adalah sebuah realita sosial, yang kenyataanya selalu membuat masyarakat dihantui perasaan resah dan gelisah. Walaupun selalu diartikan negatif, tetapi penata mencoba menjadikannya sebagai sebuah daya rangsang, dalam penataan komposisi karawitan, dimana didalamnya akan menjelaskan bawa dia tidak selalu bermakna negatif, tetapi suatu saat dia bisa menegakkan kembali nilai sebuah kebenaran yang lain, komposisi ini diwujudkan dalam bentuk komposisi karawitan baru, dimana kesan. Melalui media ungkap Gamelan Selonding dan beberapa instrument musiknya inovatif dan unsur-unsur musiknya ditata sedemikian rupa agar komposisi ini terkesan bernuansa baru.

Pendukung Karawitan   : Sekaa Gong Sancaya Kanti Desa Kesiman, Denpasar

4. BANGSING

Bangsing, foto by GC

Karya: I Komang Budiana

Sinopsis :

Bangsing adalah akar gantung yang tumbuh dari dahan beringin, dan keagungan pohon yang teramat besar, dahan dan ratingnya serta merta selalu berusaha untuk memperbesar diri karena akar dari pohon ini menjalar begitu rupa serta menimbulkan kerimbunan dan kesejukan.

Terlihat dari fenomena yang ada, pohon ini mempunyai karakteristik atau kekhasannya berupa akar yang tumbuh bergantung, berlawanan dan berbalapan hingga menimbulkan keunikan dan kekilitan suatu kebersamaan satu sama lainnya.

Pendukung Karawitan   : Sekaa Gong ST.Cakra Werdhi Kutuh Sayan Ubud

5. PAUM

Paum, foto by GC

Karya: I Made Agus Rijayana

Sinopsis :

Paum merupakan proses untuk mencari mufakat dalam sebuah organisasi. Indahnya perbedaan pendapat dan perselisihan rapat/sangkep menginspirasi penata untuk mentransformasikan perbedaan dan perselisihan ke dalam sebuah komposisi tabuh kreasi baru dengan repertuar seperangkat barungan gong kebyar dengan megedepankan unsur-unsur musikalitas seperti tempo, dinamika, ritme dengan konsep perubahan.

Pendukung Karawitan:

1.  Sanggar Siwer Nadi Swara Br.Pagan Kelod

2. Mahasiswa Jurusan Karawitan FSP ISI Denpasar

Pergelaran Karya TA Seni Karawitan 2009 Hari Ke Tiga

Ujian Tugas Akhir Program Studi Seni Karawitan merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Tugas Akhir (TA) dengan beban SKS sebanyak 6 SKS. Ujian Tugas Akhir diselenggarakan dalam dua rangkaian yaitu Ujian Karya Seni dan Ujian Karya Tulis yang berupa Skrip Karya seni.  Pada hari ketiga Rabu, 20 Mei 2009 akan diikuti oleh lima karya seni baik bercorak tradisi inovatif, maupun kontemporer, yang telah melalui bimbingan dari dosen-dosen pembimbing yang mumpuni di bidangnya. Adapun judul dan penatanya adalah sebagai berikut.

1. SURAPANA

Surapana, Foto by GC

Karya: I Kadek Suparman

Sinopsis :

Masalah, memang dapat terjadi dan dialami oleh siapa saja. Masalah yang membuat pikiran menjadi kalut, tidak tahu harus berbuat apa. Maka tidak jarang, minuman keraslah yang menjadi jalan keluarnya. Fenomena ini kerap kali dialami oleh generasi muda. Dengan minum-minuman keras secara berlebihan, belum tentu dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Tetapi dibalik itu semua minuman  keras juga dapat memberikan manfaat bagi tubuh apabila kita mampu mengkonsumsinya dengan baik. Oleh sebab itu, kita harus mampu mengendalikan apa yang kita nikmati termasuk minuman keras. Semua itu penata mencoba menterjemahkan kedalam bahasa musik melalui media alat musik bamboo. Dengan judul Surapana yang berarti minuman keras.

Pendukung: Sanggar Seni Lingga Jati, Jalan Kebo Iwa Denpasar.

2. JANTRA

Jantra, Foto by GC

Karya: I Kadek Mahendra Putra

Sinopsis :

Jantra adalah suatu kata yang artinya baling-baling atau istilah Balinya  sering disebut pindekan. Baling-baling merupakan suatu benda yang bisa berputar dengan bantuan tenaga angin. Jika angin berhembus sangat kencang, maka baling-baling akan berputar pelan-pelan. Dari sinilah timbul reaksi pada diri penata untuk menggambarkan proses perputaran baling-baling melalui karya seni inovasi dengan menggunakan media ungkap Gong Kebyar.

Pendukung: Sanggar Yudistira, Banjar Muncan, Desa Kapal, Mengwi.

3. RIT.TIK

Rit Tik, Foto by GC

Karya: I Putu Gede Sukaryana

Sinopsis :

Zaman terus berkembang, manusia telah terlena oleh kemajuan teknologi yang semakin canggih dan mulai melupakan mesin ketik. Dijamannya, mesin ketik adalah idola bagi para penulis. Di jaman teknologi saat ini, mesin ketik mungkin hanya digunakan oleh orang tertentu saja. Sayup-sayup suara mesin ketik yang kethak-kethok itu seperti “menyihir” pusat kesadaran penata untuk berkreasi, walaupun sebenarnya hanya satu nada yang sama yang berulang-ulang.

Dari sebuah mesin ketik tua timbul inspirasi panata untuk mentransformasikannya menjadi sebuah karya seni musik kontemporer yang berjudul Rti.Tik.

Pendukung: Mahasiswa ISI Denpasar

4. KULI BANGUNAN

Kuli Bangunan, Foto by GC

Karya: Made Wira Oka Atmadi

Sinopsis :

Perjalanan panjang peradaban manusia, dapat menjadikan petunjuk jalan menuju suatu kesamaan penghargaan dalam perbedaaan profesi yang tetap mendapat sebuah pengukuan, walaupun manusia modern selalu berfikir efektif-efisien dengan jaman mesin yang serba canggih. Dengan itu setidaknya kita tidak memandang sebelah mata terhadap kuli bangunan, marilah kita apresiasikan kedalam berbagai hal. Pada kali ini penata mencoba mengekspresikannya lewat sebuah karya seni musik, melalui pengolahan unsur musical yang terangkai menjadi sebuah komposisi musik kontemporer dengan judul Kuli Bangunan.

Pendukung        : Komunitas Rare Kual, Kel.Banjar Tegal, Singaraja

5. MIDER GITA

Mider Gita, foto by GC

Karya: I Gusti Bagus Sukma Adi Oka

Sinopsis :

Fenomena budaya yang menyebut Bali sebagai “Pulau Seribu Pura” menjadikan Bali sebagai sebuah pulau yang penuh dengan ritus keagamaan. Setiap ritus yang dilaksanakan itu selalu memberikan arti penting dalam setiap relung kehidupan yang sudah membudaya dalam masyarakat Bali.

“Mider Gita” adalah karya karawitan yang terinspirasi dari prosesi ritual yang merupakan sebuah bentuk “ritus” yang telah mentradisi dalam kehiudupan masyarakat Desa Bungkulan Buleleng, merupakan warisan nenek moyang yang selalu dilaksanakan setiap diselenggarakannya upacara piodalan, secara murwa daksina berkeliling pada areal pura.

Pendukung: Sanggar Seni Tripitaka, Desa Munduk Kabupaten Buleleng.

Loading...