Pergelaran Karya TA Mahasiswa Karawitan Hari Kedua

Karya TA PS Karawitan 2007

Ujian Tugas Akhir Program Studi Seni Karawitan merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Tugas Akhir (TA) dengan beban SKS sebanyak 6 SKS. Ujian Tugas Akhir diselenggarakan dalam dua rangkaian yaitu Ujian Karya Seni dan Ujian Karya Tulis yang berupa Skrip Karya seni.  Pada hari kedua Selasa 19 Mei 2009 akan diikuti oleh enam  karya karawitan yang telah dibuat melalui bimbingan dari dosen-dosen pembimbing yang mumpuni dalam bidang karawitan. Adapun judul dan penatanya adalah sebagai berikut.

1. CE TANG TUNG

Ce Tang Tung, Foto by GC

Karya: I Gede Yusman Hanggara Putra

Sinopsis :

Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, itulah ungkapan yang sering kita dengar tatkala kita melakukan suatu pekerjaan, seperti halnya dalam proses mengolah padi menjadi beras secara tradisional. Dimana kerjasamanya merupakan hal utama untuk mencapai keberhasilan.

Dengan melihat fenomena tersebut, penggarap terilhami/terketuk untuk mengungkapkannya ke dalam sebuah garapan musik kontemporer yang berjudul “CE TANG TUNG”

“CE TANG TUNG” beranologi dari suara yang dihasilkan oleh alat-alat yang dipergunakan untuk mengolah padi menjadi beras pada zaman dahulu. Dengan menggunakan alat-alat tradisional tersebut diharapkan mampu mendukung ide penata yang berlandaskan nilai-nilai estetis.

Pendukung :

  1. Gede Kardi Arthana
  2. A.A. Bagus Rudi Pratama
  3. Putu Gede Widaryana
  4. Kadek Yudana Giri
  5. I Putu Edy Gustama

2. BANGKET

Bangket, Foto by GC

Karya I Gede Made Kertia Yasa

Sinopsis :

Sawah yang hijau, ladang yang subur, hasil yang melimpah adalah dambaan dan kebanggaan para petani. Namun semua itu kini hanya tinggal kenangan semata.

Pemandangan sawah yang hijau telah berubah menjadi hamparan perumahan dan pabrik-pabrik. Kami rindu akan sawah yang hijau, kami rindu akan pemandangan yang asri. Maka dari keadaan itulah muncul ide penggarap untuk mewujudkan suasana alam persawahan dengan mentransformasikan kedalam sebuah ide garapan komposisi karawitan kontemporer dengan judul “Bangket” (sawah).

Pendukung Karawitan   : Sanggar Seni Tedung Sari Br. Pemenang-Kediri-Tabanan

3. SRSTHI

Srsthi, Foto by GC

Karya: I Kadek Indra Wijaya

Sinopsis :

Perputaran dunia yang mengelilingi sumbunya mengakibatkan terjadinya zaman, dalam istilah Hindu disebut Yuga. Yuga mengalami perubahan akibat pengaruh rotasi bumi mengelilingi matahari. Yuga terbagi menjadi empat, yaitu : Kertha Yuga, Traetha Yuga, Duapara dan Kali Yuga. Akhir dari Yuga adalah Prelaya (kehancuran atau kiamat). Hancurnya bumi beserta isinya, baik yang terjadi dalam Bhuwana Agung maupun Bhuwana Alit mengisyaratkan hancurnya tata surya. Kehancuran inilah menjadi penyebab terjadinya ” penciptaan kembali”

Fenomena ini dituangkan dalam penataan karya karawitan yang diberi judul Srsthi.

Pendukung Karawitan: Sanggar Dwi Ghurnita Sari Kedonganan Kuta

4. GELAR SAET

Gelar Saet, Foto by GC

Karya: Putu Tiodore Adi Bawa

Sinopsis :

Sabung ayam atau tajen lebih tepat merupakan gambaran dari masyarakat Bali yang mereka gambarkan tentang diri mereka sendiri. Aktivitas sekelompok orang dalam arena sabung ayam, bila dicermati sesungguhnya terdapat beberapa nilai-nilai seperti : nilai sosial, kejujuran, ekonomi dan patriotisme. Gelar Saet merupakan sebuah pertunjukan sabung ayam yang dilakukan secara babak per babak sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan oleh para bebotoh yang umumnya terjadi pada arena sabung ayam (tajen). Memperhatikan hal tersebut, memberikan rangsangan untuk menterjemahkan apa yang terjadi, lewat bahasa musik dalam bentuk tabuh kreasi pepanggulan melalui media gamelan Smara Dhana.

Pendukung Karawitan   : Sanggar Seni Lingga Jati, Jalan Kebo Iwa, Denpasar

5. KLENTANG-KLENTING

Klentang Klenting, Foto by GC

Karya: I Wayan Hari Wijaya

Sinopsis :

Permasalahan memang tak pernah lepas dari kehidupan manusia, entah itu dari masalah karier, keuangan dan juga cinta. Hal tersebut sering membuat seseorang menjadi putus asa, terkadang juga membingungkan dan membuat stress.

Berdasarkan pengalaman penata, hal pertama yang terlintas dalam pikiran adalah ingin terlepas dari segala masalah tersebut. Minum-minuman yang beralkohol adalah salah satu jalan yang penata lakukan, dengan pikiran yang tidak menentu dan sedikit tak sadarkan diri, botolpun dijadikan alat musik sederhana agar dapat menghibur diri dari segala masalah yang ada.

Pendukung        :

  1. Sang Putu Yohanes
  2. I Kadek Dede Sunarya
  3. I Putu Gede Purnawan

6. NAPZA IN MOTION

Nafza in Motin, Foto by GC

Karya: I Wayan Diatmika

Sinopsis :

Fenomena transisi gaya hidup remaja dewasa ini begitu rentan terhadap pergaulan bebas dan pengaruh obat-obat terlarang. NAPZA : Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif berbahaya lainnya telah banyak merenggut jiwa dan menyuramkan masa depan generasi penerus bangsa. Keadaan yang demikian itu seakan menjadi trend budaya mereka. Budaya narkoba, budaya anak muda. Disisi lain jurang yang dalam dan lembah sudah menanti. Mampukah mereka melepaskan diri dari belenggunya……..?

Gejolak perasaan yang menggebu-gebu ingin bebas dari ketergantungan obat terlarang itu, penata ekspresikan melalui sebuah bentuk garapan kontemporer yang berjudul NAPZA IN MOTION.

Pendukung Karawitan   : Sanggar Asti Pradnyaswari Nusa Dua

Sinopsis Karya TA PS Karawitan Hari Pertama

Ujian Karya TA Karawitan 2007

Ujian Tugas Akhir Program Studi Seni Karawitan merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Tugas Akhir (TA) dengan beban SKS sebanyak 6 SKS. Ujian Tugas Akhir diselenggarakan dalam dua rangkaian yaitu Ujian Karya Seni dan Ujian Karya Tulis yang berupa Skrip Karya seni.  Pada hari pertama Senin 18 Mei 2009 akan diikuti oleh tujuh karya seni yang telah melalui bimbingan dari dosen-dosen pembimbing yang mumpuni di bidangnya. Adapun judul dan penatanya adalah sebagai berikut.

1. SADHU WINANGUN

Sadhu Winangun

Karya I Wayan Sudarsana

Sinopsis :

Sadhu Winangun adalah menata dua barungan gamelan Pendro dan Selonding yang dapat menyenangkan hati. Penggabungan dari kedua barungan gamelan Pendro dan Selonding yang mempunyai karakter, bentuk, tekhnik permainan serta jumlah instrumen yang berbeda namun secara dasar warna suara dapat ditata, dipadukan atau dimainkan secara bersamaan sehingga menjadi sebuah sajian instrumentalia yang berjudul “Sadhu Winangun”

Pendro adalah hasil karya dengan menggabungkan beberapa jenis instrumen dari gamelan Gong Kebyar dan gamelan Angklung sedangkan Selonding adalah seperangkat gamelan dengan laras pelog tujuh nada yang instrumentasinya terdiri dari alat perkusi yang berupa bilah.

Pendukung Karawitan: Sekaa Gong Taruna Mekar, Tunjuk, Tabanan

2. GANGGA PAWITRA

Gangga Pawitra

Karya Dede Iwan Dwi Ardika

Sinopsis :

Indahnya alam pantai Yeh Gangga dengan pemandangan yang terbentang luas, berpadu dengan awan terlebih-lebih suara kicauan burung yang merdu diiringi dengan deburan ombak yang memancarkan aura-aura kesucian dan kedamaian dapat membangkitkan rasa indah dalam jiwa.

Bertitik tolak dari fenomena tersebut, maka lahirlah sebuah ide untuk mentransformasikannya kedalam wujud sebuah komposisi Tabuh Kreasi dengan judul ” GANGGA PAWITRA”.

Pendukung Karawitan :

Mahasiswa Jurusan Karawitan Semester IV FSP ISI Denpasar dan Siswa  SMKN 5 Denpasar

3. LINGGA YONI “

Lingga Yoni

Karya: Ni Luh Trisna Dewi

Sinopsis :

Perbedaan bukanlah sesuatu yang harus dipertentangkan, namun harus dipandang sebagai dua sisi yang saling melengkapi. Demikian juga laki-laki dan perempuan jika dapat saling melengkapi akan terjalin keharmonisan. Konsep ini dituangkan ke dalam sebuah komposisi karawitan dengan menggunakan instrumen gender wayang dan gender rambat sebagai simbol dari Lingga Yoni.

Pendukung Karawitan :

  1. Ida Ayu Wayan Prihandari
  2. Ni Ketut Ari Setyawati
  3. Ni Luh Sri Jayanti
  4. I Gusti Agung Putu Retno Saputra
  5. Ida Made Adnya Gentorang
  6. I Gede Eka Parisuda
  7. I Kadek Aristyawan
  8. I Komang Budiyasa

4. KETA

Keta

Karya: I Kadek Astawa

Sinopsis :

Hidup memang harus dijalani seberat apapun beban yang kita pikul. Begitu juga dengan alur kehidupan yang dilalui. Keterbatasan dalam bicara yang tersendat-tersendat membuat penata tidak seperti anak-anak pada umumnya. Cobaan, hinaan dan cercaan selalu membayangi pikiran.

Apa yang dirasakan akan ditransformasikan kedalam sebuah komposisi Karawitan inovasi Keta dengan memanfaatkan media ungkap gamelan Selonding.

Pendukung Karawitan   :

Mahasiswa Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar dan           Sanggar Ceraken’s Batuyang.

5. SEPEDA-KU

Sepeda-Ku

Karya: I Wayan Gede Putra Wirawan

Sinopsis :

Musik tidak hanya sebuah komposisi yang bermelodi

Yang tidak bermelodi pun juga musik,

Musik tidak hanya merupakan sebuah karya audio yang diproduksi dengan alat musik Yang diproduksi tanpa ‘ alat musik’ pun juga dapat menjadi karya musik,

Musik tidak sekedar hanya menjadi media hiburan dan sarana pelengkap ritual

Sesungguhnya, ia juga adalah bahasa universal yang mampu berkomunikasi..

Berpijak dari sebuah usaha untuk memahami musik secara holistic, maka karya komposisi musik baru “Se-pe-da-Ku” ini lahir sebagai sebuah jawaban dari usaha pemahaman yang saya lakukan itu. Di lain sisi, terciptanya karya musik Se-pe-da-Ku ini bertujuan untuk mempresentasikan pengalaman batin yang saya rasakan ketika duduk di bangku SMU, dimana setiap hari untuk pergi kesekolah harus menaiki sepedaku.

Pendukung        : W.Y.P. art foundation.

6. BHAKTI PRING

Bhakti Pring

Karya:  I Kadek Sudiasa

Sinopsis :

Kehadiran bambu ditengah kehidupan manusia khususnya di Bali, sangatlah berperan dan memiliki arti yang amat mendalam, dari ujung hingga akarnya dapat dipergunakan, baik untuk ritus kehidupan maupun hiburan. Bambu hadir dalam konteks ruang dan waktu yang bermakna dalam kehidupan manusia. Ia hadir untuk memberikan kehidupan secara lahiriah dan juga batiniah.

Maka, “Tundukan kepalamu dan bercerminlah pada bambu”, karena bambulah yang akan mengisi kehidupan mu dari lahir hingga memeluk dan mengantar mu saat engkau meninggal nanti.

Penata Instalasi             : I Nyoman Sujana Kenyem

Pendukung Karawitan   : Sanggar Tabuh Manik Sekecap Br.Kutuh Sayan-Ubud

7. CETAKENG TAWANG

Cetakeng Tawang

Karya: I Wayan Sukrisna Saskara

Sinopsis :

Pemuda atau anak remaja yang baru mengenal lingkungan atau dunia lepas bagaikan seekor burung yang terbang bebas. Penuh dengan godaan yang menjerumuskan. Kebingungan karena banyaknya pilihan yang menyesatkan. Ujian sangat berat dan dapat dilalui karena dengan pemikiran yang jernih, kepintaran, kejelian dalam menentukan pilihan serta kebijakan dalam menyelesaikan setiap masalah, sehingga menjadi pemuda atau remaja yang berjiwa ksatria dan gagah perkasa. Itulah ide yang mengilhami karya karawitan yang diberi judul CETAKENG TAWANG yang berarti bagaikan seekor burung yang terbang dilangit. Dengan media ungkap Gamelan Gong Gede.

Pendukung Karawitan               : Sanggar Gamelan Cendana Batubulan,  Sukawati, Gianyar

Loading...